Bab 5
Translasi
Mata Uang Asing
Alasan-Alasan
Untuk Melakukan Translasi
Perusahaan
dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan
konsolidasi yang memeungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan
pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan
luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan perusahaan luar
negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang
dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut
translasi.
Masalah
yang berkaitan dengan translasi mata uang,yaitu:
a. Fakta
bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan.
b. Kurs
nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode
translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas
keuntungan dan kerugian transalasi, membuat perbandingan hasil
keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan
hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode lain sulit
dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan
multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi
dan posisi keuangan.
c. Untuk
mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan
terhadap pengaruh mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak
berkepentingan dari luar negeri.
d. Untuk
keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing
dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai
tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan)
juga berubah.
Akhirnya,
skala investasi internasional yang meluas meningkatkan kebutuhan
untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang
berdomisili di suatu negara kepada pengguna di negara yang lain.
Kebutuhan ini timbul pada saat suatu perusahaan bermaksud untuk
mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri bermaksud untuk
melakukan akuisisi atau usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin
mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para
pemegang saham asingnya.
Latar
Belakang dan Terminologi
Translasi
tidak sama dengan konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata
uang ke mata uang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneterr, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan
dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar
AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi
terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo-saldo
dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata
uang domestik berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga
satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Transaksi
mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward atau swap. Mata uang
yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya
yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Translasi saldo-saldo dalam mata uang
asing dilakukan sederhana saja, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Nilai ekuivalen mata uang domestik diperoleh dengan
mengalikan saldo dalam mata uang asing dengan kuotasi kurs langsung
dengan membagi saldo mata uang asing dengan kuotasi tidak langsung.
Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan
pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang
lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward
dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot. Transaksi
swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan
spot dan pembelian forward atas suatu mata uang secara bersamaan.
Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil
keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara
asing sembari dalam kesempatan yang sama melindungi diri dari
pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta
asing.
Permasalahan
Jika
kurs nilai tukar relatif stabil, translasi mata uang tidak akan lebih
sukar dari proses translasi satuan inci atau kaki menjadi nilai
ekuivalennya dalam unit metrik. Namun demikian, kurs nilai tukar
jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara industry maju menemukan
nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai tukar yang
berfluktuasi secara khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin, dan
beberapa bagian Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai
tukar translasi yang dapat digunakan dalam proses translasi dan
menimbulkan keuntungan dan kerugian mata uang asing. Pergerakan mata
uang juga sangat berhubungan erat dengan tingkat inflasi lokal.
Pengaruh
Alternatif Kurs Translasi Terhadap Laporan Keuangan
Ketiga
nilai tukar berikut dapat digunakan ketika melakukan translasi saldo
dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik, yaitu :
a. Kurs
kini (current), adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan
keuangan.
b. Kurs
historis (historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva
dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu
kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Umumnya
mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang
asing dalam laporan berdenominasi mata uang domestik. Penggunaan kurs
nilai tukar historis melindungi laporan keuangan dari keuntungan dan
kerugian translasi mata uang asing, yaitu dari kenaikan atau
penurunan dalam ekuivalen dolar saldo mata uang asing yang timbul
dari fluktuasi kurs translasiantar periode pelaporan. Penggunaan kurs
kini menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi.
c. Kurs
rata-rata (avarage), adalah rata-rata sederhana atau tertimbang dari
kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar historis.
Transaksi
mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau
menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam mata uang asing
atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan mata uang asing.
Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam
mata uang perusahaan pelapor. Dari dua jenis penyesuaian transaksi,
yang pertama keuntungan dan kerugian atas transaksi yang
terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk
mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang
digunakan pada saat penyelasian. Jenis kedua penyesuaian transaksi
adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum
terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu
transaksi diselesaikan.
Kurs
nilai tukar yang berfluktuasi menyebabkan timbulnya beberapa isu
utama dalam akuntansi untuk translasi mata uang asing:
1) Kurs
nilai tukar manakah yang harusnya digunakan untuk mentranslasikan
saldo dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik?
2) Aktiva
dan kewajiban dalam mata uang asing yang manakah yang beresiko
terhadap perubahan nilai tukar?
3) Bagaimana
sebaiknya keuntungan dan kerugian translasi harus dicatat?
Transaksi
Mata Uang Asing
Ciri
utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah
penyelesaiannya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Transaksi
mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau
menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang
asing.
FAS
No. 25 merupakan pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing
yang berisi :
a. Pada
tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan,
beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi
harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang
melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku
pada tanggal tersebut.
b. Pada
setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang berdenominasi dalam
suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan
pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar
terkini.
Berdasarkan
hal ini, penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan
atau kerugian atas transaksi yang telah terjadi ) perlu dibuat pada
saat terjadi perubahan kurs nilai tukar di antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian. Apabila laporan keuangan disusun sebelum
penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi (yaitu keuntungan atau
kerugian dari transaksi yang belum diselesaikan) akan sama dengan
perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan.
FASB
menolak pandangan yang menyatakan bahwa pembedaan perlu dibuat antara
keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah diselesaikan dan
yang belum diselesaikan, karena pembedaan seperti itu tidak dapat
diterapkan dalam praktik. Terdapat dua perlakuan akuntansi atas
keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan.
Perspektif
Transaksi Tunggal
Berdasarkan
perspektif tramnsaksi tunggal, penyesuaian niali tukar (baik yang
sudah diselesaikan atau belum) diperlakukan sebagai penyesuaian
terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu
transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa tunggal.
Perspektif
Dua Transaksi
Berdasarkan
perspektif dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap
sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya
piutang tersebut.
Translasi
Mata Uang Asing
Perusahaan
yang beroperasi secara internasional menggunkan berbagai metode untuk
menyatakan aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban yang dinyatakan
dalam mata uang asing menjadi dalam mata uang domestik. Metode
translasi ini dapat diklasifikasikan, yaitu:
a. Metode
Kurs Tunggal
Metode
kurs tunggal, yang sudah lama popular di Eropa, menerapkan satu kurs
nilai tukar yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk seluruh
aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang
sing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang
berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian, untuk
memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan
rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode
tersebut. Berdasarkan metode ini, laporan keuangan sebuah operasi
asing (yang dipandang oleh induk perusahaan sebagai perusahaan
otonomi) memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang
local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
b. Metode
Moneter – Nonmoneter
Menggunakan
skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka panjang dan
persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Pos-pos
laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang
sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. Namun
demikian, perlu diperhatikan bahwa, metode moneter-nonmoneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang
tepat.
c. Metode
temporal
Dengan
menggunakan metode temporal translasi mata uang merupakan proses
konversi pengukuran atau penyajian uang nilai tertentu. Metode ini
tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya
mengubah unit pengukuran.
Kurs
Kini yang Tepat
Kurs
nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada
historis dan kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan
laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai
tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini,
harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah: (1) kurs
pembayaran deviden, (2) kurs pasar bebas, dan (3) kurs penalti atau
preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dengan kegiatan
impor atau ekspor.
Keuntungan
dan Kerugian Translasi
a. Penangguhan
Dikeluarkannya
penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan
karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang.
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak
perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh
terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing.
Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukan
penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan
ini, penyesuaian translasi harus diakumulasi secara terpisah sebagai
bagian ekuitas konsolidasi.
b. Penangguhan
dan Amortisasi
Beberapa
pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan
melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos
neraca terkait.
c. Penangguhan
Parsial
Pilihan
ketiga dalam akuntansi ntuk keuntungan atau kerugian translasi adalah
dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi
mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Meskipun terdengar
konservatif, penangguhan keuntungan translasi semata-mata hanya
karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan
kurs.
d. Tidak
Ditangguhkan
Pilihan
terakhir adalah untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi
dalam laporan laba rugi sesegera mungkin, pilihan ini memandang
penangguhan dalam bentuk apa pun bersifat palsu dan cenderung
menyesatkan.
Perkembangan
Akuntansi Translasi
· Sebelum
1965
Praktik
translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research
Bulletin (ARB No. 4) yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12
dalam ARB No. 43. Pernyataan ini mendorong penggunaan metode
kini-nonkini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan
ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian bersih saling dihapuskan
selama periode berjalan. Kerugian translasi bersih diakui dalam laba
tahun berjalan, sedangkan keuntungan translasi bersih ditangguhkan
dalam akun penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian
translasi pada masa mendatang.
· 1965-1975
Bab
12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode
kini-nonkini. Dalam keadaan tertentu, persediaan dapat ditranslasikan
berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul Karena
pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdsarkan kurs
kini apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar besar (dan dianggap
tetap). Setiap berbedaan akuntansi disebabkan oleh penyajian ulang
utng diperlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva.
Menstralasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing
berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle
Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap
ARB No. 43 kini memberikan pilihan translasi yang lain bagi
perusahaan.
· 1975-1981
Untuk
mengakhiri keaneragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar
translasi sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial
pada tahun 1975. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak
diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian translasi dan transaksi
mata uang asing harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs
nilai tukar.
Reaksi
perusahaan terhadap FAS 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung
dasar teori yang digunakan, sedangkan banyak yang lain mengecam
karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang
dilaporkan. FAS No.8 dikritik karena menyebabkan hasil akuntansi yang
tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8
terhadap laba perusahaan juga menimbulkan perhatian di kalangan
eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan
laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila
dibandingkan dengan laba perusahaan domestic dan dengan demikian akan
menekan harga saham perusahaan.
· 1981-hingga
kini
Pada
bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12
pernyataan pertama yang dikeluarkannya, dimana banyak yang menanggapi
ketidakpuasan publik tentang FAS No. 8 sehingga FASB mempertimbangkan
kembali FAS No. 8 dan setelah melalui banyak ertemuan dan dua draft
sementara, menerbitkan Statement Of Financial Accounting Standards
No. 52 pada tahun 1981.
Isi
Standar No.52
Tujuan
translasi menurut FAS No.52 berbeda secara substansial dari tujuan
menurut FAS No.8. FAS No.8 menggunakan sudut pandang induk perusahaan
dengan mengharuskan laporan keuangan dalam mata uang asing disajikan
seakan-akan seluruh transaksinya terjadi dalam mata uang dola AS.
Standar No. 52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk perusahaan dan
anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah, oleh
kerana itu aturan translasinya dirancang untuk :
e. Mencerminkan,
didalam laporan keuangan konsolidasi, hasil dan hubungan keuangan
yang diukur dalam mata uang primer (utama) yang digunakan oleh setiap
entitas konsolidasi melakukan kegiatan usahanya (mata uang
fungsionalnya-functional currency)
f. Memberikan
informasi yang secara umum sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi
dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu
perusahaan.
Translasi
Apablia Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang Fungsional
Jika
mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam
catatan entitas, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar
dengan menggunakan metode kurs kini.keuntungan atau kerugian
translasi yang timbul diungkapkan sebagai komponen terpisah dalam
ekuitas konsolidasi. Hal ini mempertahankan rasio laporan keuangan
jika dihitung dari laporan keuangan dalam mata uang lokal. Prosedur
kurs kini yang digunakan yaitu :
g. Seluruh
aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam
dolar dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca, akun
modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
h. Pendapatan
dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar pada
tanggal transaksi, meskiun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan
untuk kepraktisan.
i. Keuntungan
dan kerugian translasi tersebut dilaporkan sebgai komponen terpisah
dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi. Penyesuaian nilai tukar ini
tidak akan masuk ke dalam laporan laba rugi hingga operasi luar
negeri tersebut dijual atau nilai investasinya dianggap telah hilang
secara permanen.
Translasi
Apabila Dolar AS Merupakan Mata Uang Fungsional
Apabila
dolar AS merupakan mata uang fungsional suatu entitas asing, maka
laporan keuangan dalam mata uang sing diukur ulang ke dalam dolar
dengan menggunakan metode temporal. Seluruh keuntungan dan kerugian
transaksi yang berasal dari proses translasi dimasukan ke dalam
penentuan laba berjalan. Secara khusus :
j. Aktiva
dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan
harga pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai
tukar per tanggal laporan keuangan, pos nonmoneter lainnya dan akun
modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
k. Pendapatan
dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata kurs niali
tukar selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos nonmoneter yang
ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
l. Keuntungan
dan kerugian translasi tercermin dalam laba periode berjalan.
Translasi
Apabila Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu
entitas asing dapat menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan
akuntansinya apabila mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing
lainnya. Dalam situasi ini, laporan keuangan pertama-tama disajikan
ulang dari mata uang lokal ke dalam mata uang fungsionalnya (metode
temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS dengan
menggunakan metode kurs kini.
Translasi
Mata Uang Asing dan Inflasi
Suatu
hubungan terbalik antara tingkat inflasi suatu Negara dan nilai
eksternal mata uangnya telah ditunjukan secara empiris. Alhasil,
penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva
nonmoneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan
menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih
rendah dari pad dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan,
laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan
beban depresiasi yang juga lebih rendah.
FASB
menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena yakin
bahwa penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar
penialian biaya historis yang digunakan dalam lporan keungan di AS.
Solusinya, FAS No. 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata
uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili di
lingkungan dengan hiperinflasi (yaitu negara-negara dengan
tingkat inflasi kumulatif melebihi 100 persen selama periode tiga
tahun).
Translasi
Mata Uang Asing di Negara Lain
Kanada
(CICA 1650), perbedaan untama antara standar di Kanada (CICA 1650)
dan FAS No.52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing.
Di Kanada, keuntungan dan kerugian dari translasi ditangguhkan dan
diamortisasi.
Inggris
(IAS 21), perbedaan utama antara standar di Inggris dan di AS
berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di
negara-negara yang mengalami hiperinflasi. Di Inggris, laporan
keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini
dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Australia
dan Selandia Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila
dibandingkan dengan FAS No.52, standar Australia mengharuskan
penilaian kembali aktiva tidak lancar nonomoneter untuk anak
perusahaan di Negara-negara berinflasi tinggi sebelum dilakukan
translasi.
Jepang,
akhir-akhir ini telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode
kurs kini di segala keadaan, dengan penyesuaian translasi yang
disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
Tren
Kini
Translasi
mata uang asing masih tetap merupakan isu teknis yang menyulitkan dan
kontroversial. Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara
internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang IFRS (International
Financial Reporting Standards-Standar Pelaporan Keuangan
Internasional), semakin meningkat dan bursa efek di seluruh dunia
berada di bawah tekanan yang semakin meningkat utnuk menggunakan IFRS
sebagai pengganti standar domestic untuk pencatatan saham
perusahaan-perusahaan asing. (Banyak bursa efek telah melakukan hal
ini). Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan asing diperbolehkan
untuk menggunakan standar internsional (IAS 21) dab bukan standar AS
(FAS No.52) dalam masalah translasi mata uang asing. Pada saatnya
nanti, FASB mungkin akan meyelesaikan perbedaan-perbedaan antara FAS
No.52 dengan IAS 21, dengan condong kepada standar internasional.
Daftar
Pustaka
Choi,
Frederick D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku
1. Salemba Empat. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar